IGI (Ikatan
Guru Indonesia) adalah merupakan salah satu organisasi profesi keguruan yang masih
sangat muda usianya. Tanggal 26 November 2009 merupakan hari jadi IGI, sehingga
pada HGN tahun 2016 IGI baru berulang tahun yang ke 7. Iya, kalau di umpamakan
seorang anak dengan usia 7 tahun dia baru masuk sekolah dasar, sehingga masih
banyak yang belum mengenalnya. Walaupun IGI sebagai organisasi baru, tapi
gerakannya seolah-olah gerakan organisasi yang sudah sangat senior sehingga IGI
dianggap sebagai organisasi saingan yang harus diperhitungkan oleh organisasi
lain. Seringkali kita mendengar di daerah-daerah terjadi gesekan-gesekan dengan
organisasi paling senior akibat dari kehadiran IGI. Menurut saya, ini terjadi
karena kurangnya komunikasi antara sesama organisasi sebelumnya.
Kabupaten
tempat saya merupakan salah satu kabupaten yang baru mengenal IGI. SK (Surat
Keputusan) kepengurusan diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2017, sehingga masih
banyak guru-guru yang belum tau apa itu IGI. Sebagai organisasi yang baru di
kabupaten ini dan untuk menghindari terjadinya benturan-benturan di lapangan
yang tidak kita inginkan, maka saya selaku pengurus beserta teman-teman yang
lain mengagendakan untuk melaksanakan kunjungan dan mengadakan dialog bersama.
Karena kami menganggap komunikasi adalah sesuatu yang sangat penting. Dengan
komunikasi yang baik maka akan bisa terjalin juga hubungan yang baik pula.
Pada tanggal 5
Februari 2017 komunikasi yang pertama kami lakukan adalah mengadakan dialog
dengan organisasi seprofesi yaitu PGRI. PGRI merupakan organisasi paling senior
yang dimiliki negara ini, maka sepantasnya lah sebagai organisasi baru kita
menjalin kerjasama dengan orang yang kita anggap paling senior yang dalam hal
ini adalah organisasi PGRI. Sebab di lapangan nantinya kita akan berbenturan
langsung bersama karena kita sama-sama organisasi seprofesi. Mau tidak mau
persaingan akan terjadi, maka untuk menghindari terjadinya persaingan yang
tidak baik dilakukanlah dialog terlebih dahulu.
Komunikasi
selanjutnya yang dilakukan adalah berkunjung di dinas pendidikan. Pada hari
Jum’at tanggal 24 Februari 2017. Bagi saya berkunjung di dinas pendidikan dan
harus menghadap kepala dinas pendidikan adalah merupakan kunjungan yang sangat
menegangkan dan mengkhawatirkan. Mengapa? Alasannya adalah beliau adalah mantan
ketua PGRI dan loyalitasnya terhadap PGRI sudah tidak diragukan lagi, jadi
perasaan akan terjadinya penolakan terhadap IGI sudah muncul dalam benak saya
pada saat itu. Alasan selanjutnya adalah beliau merupakan pimpinan lembaga
tertinggi dalam dunia pendidikan artinya beliau juga merupakan pimpinan saya.
Mulai muncul juga di benak saya bahwa banyaknya kabar dari daerah-daerah lain
anggota IGI mendapatkan intervensi dari Kadis. Sampai isu akan di mutasi juga
muncul dalam fikiran saya. Terus terang saja rasa takut mulai muncul di benak
saya waktu itu, tapi saya mencoba untuk menenangkan diri dengan cara sambil
bercanda-canda dengan teman. Saya bersama dua orang teman yang lain pergi ke
kantor dinas pendidikan sekitar pukul 13.30 WIB. Sambil menunggu bapak Kadis
yang belum hadir waktu itu, kami bertiga ngobrol bersama tentang
strategi-strategi pembicaraan yang akan di kita bicarakan bersama bapak Kadis.
Akhirnya sekitar 1 jam menunggu akhirnya bapak Kadis pun datang juga. Kemudian
sambil mengisi buku tamu saya dan dua orang teman yang lain menunggu antrian
untuk menghadap bapak Kadis, karena selain kami juga banyak tamu yang sudah
menunggu sebelumnya. Setelah sekitar pukul 16.00 WIB dan tamu pada saat itu
sudah tidak ada lagi, tiba-tiba asisten dari bapak kadis mendatangi kami dan
mengatakan bahwa, kami diperintahkan untuk menghadap sekretaris dinas kemudian
Kabid Ketenagaan. Naaaaah looooo. Kok bisa? Padahal kita hanya mau koordinasi.
Apa hubungannya dengan sekretaris dinas dan Kabid Ketenagaan? Rasa curiga mulai
muncul di benak kami bahwa Kadis mau mempersulit gerakan para pengurus IGI.
Tapi saya dan teman-teman menganggap ini tantangan. “Kita ikuti saja dulu apa
yang beliau inginkan” sahut salah seorang dari kami. Kami langsung saja menuju
ke ruangan sekretaris dinas. Untung saja bapak sekretaris dinas belum pulang.
Disini kami kembali menunggu, sebab bapak sekretaris sedang sibuk dan ada tamu.
Sambil menungguu kami bersepakat untuk melaksanakan sholat Ashar secara
bergantian, takutnya ketika kami sholat Ashar secara bersama-sama bapak
sekretaris malah pulang. Jadi sekitar 1 jam lagi kami menunggu kembali.
Akhirnya sekitar pukul 17.00 WIB, bapak sekretaris pun baru bisa menemui kami.
Bayangkan dari 13.30 – 17.00 WIB perjuangan kami. Sekitar 3 jam 30 menit kami
menunggu, barulah bisa menemui salah satu pembesar dari dinas pendidikan.
Setelah kami jelaskan tentang IGI kepada bapak sekretaris, Alhamdulillah
tanggapan dari bapak sekretaris sangat positif tentang keberadaan IGI. Pesan
bapak sekretaris waktu itu adalah “Jadikan organisasi ini benar-benar
organisasi yang sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu untuk meningkatkan kompetensi
guru jangan sampai disalahgunakan seperti masuk dalam dunia politik. Semua itu
tergantung dari pengurus yang ada”. Mungkin itu sedikit dari pesan bapak
sekretaris terhadap kami para pengurus IGI Daerah. Setelah menghadap bapak
sekretaris kami langsung pulang karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul
17.30 WIB. Kami bersepakat akan melanjutkan menghadap Bapak Kepala Bidang
Ketenagaan sesuai perintah dari Bapak Kepala Dinas. Pada hari seninnya, sekitar
pukul 14.00 WIB, kami langsung menghadap Bapak Kabid Ketenagaan dan hasilnya
hampir sama dengan Bapak Sekretaris bahwa beliau menyambut baik kehadiran IGI
dan harapan dari beliau supaya IGI bisa bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
untuk saling membantu meningkatkan mutunya guru. Tidak butuh waktu lama
menghadap Bapak Kabid, hanya butuh waktu sekitar 30 menit berbicara bersama
beliau. Setelah itu kami langsung menuju ruangan Bapak Kepala Dinas dan pada
saat itu beliau belum hadir, kembali acara menunggu kami lakukan. Kami terus
menunggu sekitar 2 jam tetap belum juga ada tanda-tanda kedatangan Bapak Kepala
Dinas. Ternyata informasi dari asistennya bahwa Bapak Kepala Dinas ada kegiatan
dan tidak bisa hadir ke kantor. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB.
Kami bergegas pulang. Tapi sebelum pulang kami bersepakat untuk duduk nyantai
di warung kopi terlebih dahulu sambil membicarakan IGI kedepannya. Apakah kita
masih berusaha ketemu Bapak Kepala Dinas atau kita tinggalkan saja? Tidak lama
kami duduk santai, saya mendapat telpon dari teman bahwa kawan-kawan IGI di
undang Bapak Kepala Dinas ke rumahnya malam ini juga jam 19.00 wib. Saya
langsung kaget mendengar berita itu. Rasa takut, was-was kembali datang. Kami berdiskusi
bahwa kita pasti dipertemukan bersama pengurus-pengurus PGRI, sebab jauh hari
sebelumnya waktu saya mengirimkan berkas tentang legalitas IGI melalui bantuan
dari pengawas sekolah saya, Bapak Kepala Dinas mengatakan bahwa “Oooooh, ini
adalah saingan PGRI dan harus saya pertemukan dengan PGRI”. Nah kata-kata itu yang
saya ingat terus, informasi dari pengawas sekolah. Wah kacau kalau PGRI bertemu
kami di hadapan Kepala Dinas pasti PGRI mulai ngotot tidak mau menerima
keberadaan IGI karena di dukung oleh kepala dinas yang notabenenya mantan ketua
PGRI, pikiran saya pada saat itu. Karena rasa takut, was-was bercampur jadi
satu sampai-sampai jajan yang di hidangkan di atas meja kami habis di lahap dua
orang teman tanpa saya sadari, hehehehe. Benar-benar stres saya di buatnya pada
waktu itu. “ini sudah resiko, ini bumbu-bumbu organisasi bro” ucap salah satu
dari teman sambil menyantap jajan. Kayaknya mereka tanpa ada beban sedikitpun.
Malam harinya, acara pertemuan pun sudah tiba kami waktu itu bertiga
mengunjungi rumah Bapak Kepala Dinas. Apa yang terjadi? Ternyata apa yang saya
khawatirkan selama ini berbanding terbalik dari kenyataan sangat bertolak
belakang 180o dari yang saya perkirakan. Bapak Kepala Dinas sangat
bijaksana. Beliau sangat antusias terhadap IGI. Bahkan saya beranggapan bahwa
dari sekian banyak kunjungan yang telah kami lakukan, kunjungan dengan Bapak
Kepala Dinas lah yang sangat berkesan dan paling lama. Bayangkan saja dari jam
19.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB.
Setelah
kunjungan bersama Dinas Pendidikan kami anggap selesai dan menghasilkan hasil
yang sangat memuaskan. Selanjutnya kami mengagendakan untuk ketemu dengan orang
nomor satu di Kabupaten yaitu Bapak Bupati. Tapi sebelum menghadap Bapak Bupati,
secara aturan kami harus menghadap asistennya terlebih dahulu. Maka tanggal 28
Februari 2017 akhirnya asisten Bupati mau menerima kami dan kembali hasilnya
hampir sama bahwa sangat mendukung akan kehadiran IGI sebagai wadah untuk
meningkatkan sumber daya manusia dan ini sesuai juga dengan Visi dan Misi dari
Bapak Bupati yaitu “Meningkatkan kualitas sumber daya manusia”. Sampai tulisan
ini di buat, saya belum menerima agenda pertemuan dengan Bapak Bupati.
Dari hasil
kunjungan dan pertemuan yang telah kami lakukan, bisa diambil kesimpulan bahwa
hadirnya IGI dalam bidang pendidikan sebenarnya membawa angin segar terhadap
dunia pendidikan itu sendiri. Hal ini di buktikan dari tanggapan-tanggapan para
pemangku kebijakan yang kami datangi. Rata-rata semuanya mendukung akan visi
dan misinya IGI. Yang menjadi persoalan kemudian mengapa masih sering kita
mendengar di daerah-daerah lain adanya penolakan terhadap IGI, adanya
intimidasi terhadap para pengurus IGI. Menurut saya karena faktor komunikasi
awal yang kurang dilakukan, sehingga hanya isu negatif yang lebih banyak
berkembang.
Melihat
dari perjalanan di atas timbul sebuah pertanyaan, apakah IGI di tempat saya
sudah aman? Apakah kami sudah puas dengan hasil itu? Harapan kami bersama
hanyalah semoga dengan wadah adanya IGI kita bisa menambah amal ibadah, bisa
menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Amin.